Legitimasi itu semakin diperlukan sebagai sumber daya dorong bangsa kita yang sering dilukiskan sebagai hendak 'tinggal landas'. Sebagaimana di isyaratkan dunia penerbangan sebagi sumber metafor itu sendiri, tenaga dorong yang di perlukan untuk tinggal landas adalah jauh lebih besar berlipat ganda dari pada yang di perlukan taxxing menuju runway dan masih lebih besar berlipat ganda dari dorong yang diperlukan untuk cruiising kelakadi terlalu pesimistik, metafor penerbangan juga itu mengisar di angkasa. maka tampa mengisyaratkan bahwa jika untuk tinggal landas itu tidak tersedia cukup sumber tenaga pesawat. mungkin akan menukik, da jatuh berantakan, dalam kehidupan kita yang sedang membangun ini, hal yang paling tepat untuk di kiaskan dengan daya dorong guna take off itu legitimasi politik, Semakin meyakinkan legitimasi itu, semakin besar daya dorong yang di hasilkannya, yaitu dalam wujud kesediaan setiap anggota bangsa, perseorangan maupun kelompok, untuk berkorbang, sebab anggota-anggota itu yakin bahwa pengorbanan itu tidak sia-sia. karena misalnya, tidak akn berakhir pada pemenuhan nafsu kekuasaan para penguasa atau pada penopangan keinginan memperkaya diri para pejabat.
Ideologi negara Pancasila, sebagai bentuk konvergensi, nasional dalam peringakat formal konstitusioanal, telah menunjukan ke efektifannya, sebagai penopang repoblik (sehingga ada persepsi yang agak magis kedengarannya, seperti ungkapan'kesaktian pacasila'). Tapi keefektifannya itu agaknya pada kemampuannya untuk menjadi sumber legitimasi bagi usaha-usaha dalam mempertahankan Status Quo. Bahkan ditangan penguasa atau pejabat yang tidak kreatif, pancasilah sering muncul sebagai alat pengenal diri yang dangkal (ingat 'sepak bolah pancasila') atau sebagai pemukul orang atau kelompok lain yang kebetulan 'tidak berkenaan di hati' karena itu, Pancasila ditangan bangsa yang belum mantap pertumbuhannya akan tatap rawan terhadap maipulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar